Minggu, 22 Juli 2012

NILAI GIRI DALAM VALENTINE DAY DIKALANGAN OFFICE LADY


Oleh : Iin Diah Indrawati

1.1    Latar Belakang
Hari Valentine adalah sebuah perayaan yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa kasih sayang antara teman, kekasih maupun keluarga. Saat ini Valentine day tidak hanya dirayakan di Amerika namun, hampir semua negara telah merayakannya. (Naylor, Larry L.1998. Hal 112). Pada umumnya, Valentine day dirayakan setiap tahun pada tanggal 14 Februari. Di Amerika, Valentine day dirayakan dengan cara saling bertukar kartu. Kemudian, kartu tersebut diberikan kepada kekasih ataupun keluarga sebagai ungkapan kasih sayang mereka. (Marilyn Coleman, Lawrence H. Ganong, Kelly Warzinik.2007. Hal 122).
Sama halnya dengan Amerika, Jepang pun juga merayakan Valentine day. Berbeda dengan Amerika, di Jepang hanya para wanita saja yang memberikan coklat kepada pria. Umumnya, coklat tersebut diberikan kepada rekan kerja, dan teman-teman. Coklat yang diberikan kepada rekan kerja dan teman-teman disebut dengan giri choco yang berarti coklat kewajiban. Di Jepang, giri choco hanya berupa coklat biasa yang harganya relatif murah.
        Di Negara Barat umumnya Valentine day dirayakan oleh siapapun, baik wanita ataupun laki-laki dapat memberikan hadiah berupa coklat kepada teman, keluarga, kekasih ataupun suami/istri sebagai ungkapan rasa kasih sayang mereka. Akan tetapi, di Jepang hanya para wanita yang merayakan Valentine day dengan cara memberikan coklat kepada rekan kerja atau sahabat laki-laki, kekasih ataupun suami. Bahkan, ungkapannya pun berbeda bergantung kepada siapa wanita itu akan memberikan coklat tersebut.( Rupp, Katherine.2003. Hal 150)
        Perayaan Valentine day di Jepang sangat terlihat di dalam perusahaan, khususnya bagi Office Lady. Kebanyakan Office Lady yang bekerja di perusahaan Jepang, menganggap bahwa Valentine day adalah sebuah perayaan besar untuk memberikan hadiah kepada rekan kerja laki-laki mereka khususnya untuk atasan dan sarariman. Bukan itu saja, mereka sangat mempersiapkan hadiah yang akan diberikan pada saat Valentine day.
        Di Jepang, seorang wanita yang bekerja di perusahaan disebut ofisu redi atau disingkat OL. Saat ini, sebagian besar OL yang bekerja di perusahaan berasal dari lulusan Universitas atau Perguruan Tinggi. (Ogasawara, 12). Tugas utama dari seorang OL adalah menjalankan mesin foto kopi, mampu membuat laporan akutansi, serta mengoperasikan komputer. Selain itu, OL juga memiliki tanggung jawab untuk menyajikan teh kepada para sarariman dan atasan, membersihkan meja kerja sarariman dan atasan, kemudian menerima telepon di perusahaan. Bahkan, tidak jarang setiap akhir minggu para OL harus menemani sarariman serta atasan mereka untuk bermain golf. Hal ini disebabkan karena, bagi perusahaan pekerjaan OL tidak memiliki kontribusi yang begitu penting dalam di dalam perusahaan. (Ogasawara, 73)
Berbeda dengan Office Lady, bagi perusahaan di Jepang sarariman mempunyai kontribusi yang sangat penting. Bahkan, sarariman merupakan tulang punggung ekonomi perusahaan yang mampu bekerja selama lebih dari 16 jam dalam sehari. Dalam kegiatan pekerjaan sehari-hari sarariman bertugas untuk mengerjakan laporan mengenai perusahaan, mengikuti rapat bersama para atasan dan kolega perusahaan. Bahkan, setelah selesai bekerja pun sarariman ini harus mengikuti atasan mereka untuk minum bersama di bar, serta setiap akhir minggu mereka pun harus pergi bersama atasan dan kolega perusahaan untuk bermain golf sambil membicarakan masalah dan kondisi perusahaan.
(http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=628&catid=18&subcatid=118)
        Namun, kegiatan itu semua harus didukung oleh peran OL. Seperti saat sarariman harus mengerjakan laporan perusahaan, OL harus membantu sarariman tersebut dalam pengetikan laporan. Kemudian, saat sarariman harus mengikuti rapat dengan para atasan dan kolega perusahaan, OL harus bertugas untuk menyiapkan dan menyajikan teh kepada mereka. Bahkan, usai bekerja dan di akhir minggu para OL ini harus bersedia untuk menemani sarariman, para atasan serta kolega perusahaan untuk pergi ke bar dan bermain golf. Oleh karena itu meskipun kontribusi OL bagi perusahaan tidak begitu penting, namun dalam pekerjaan sehari-hari OL tetap dibutuhkan oleh sarariman, serta para atasan di perusahaan.
(http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=624&catid=18&subcatid=118)
        Disis lain, pada umumnya pekerja di Jepang lebih didominasi oleh pria. Hal itu disebabkan karena perusahaan menganggap bahwa pria dapat bekerja lebih lama dan mereka tidak memiliki kewajiban untuk mengurus anak dan rumah tangga. Hal ini sangat berbeda dengan wanita, di Jepang banyak perusahaan yang tidak dapat mempekerjakan wanita dalam waktu yang relatif lama. Dengan alasan, bahwa tugas utama seorang wanita adalah mengandung anak, merawat anak serta mengurus rumah tangga. Bukan itu saja, di Jepang wanita dianggap tidak dapat melakukan kebiasaan kegiatan di kantor sehari-hari seperti harus datang pagi hari ke kantor dan pulang larut malam.
(http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=628&catid=18&subcatid=118)
        Hal ini sebenarnya sesuai dengan budaya Jepang yaitu Uchi-Soto. Uchi berarti di dalam atau rumah., Sedangkan Soto berarti di luar. Di Jepang budaya Uchi sering diidentikkan dengan wanita yang harus merawat anak dan mengurus rumah tangga. Sebaliknya, budaya Soto lebih dikaitkan dengan pria yang harus bekerja diluar rumah. Akan tetapi, berkat kebutuhan sarariman akan peran OL dalam membantu pekerjaan mereka. Maka, para wanita di Jepang dapat bekerja di perusahaan sebagai Office Lady. Sehingga, dapat dilihat bahwa bagi OL, sarariman sangat berjasa karena telah mambuat para wanita di Jepang dapat bekerja di perusahaan.
        Pada saat Valentine day, para OL memberikan hadiah berupa coklat kepada sarariman dengan tujuan untuk menjaga keselarasan di tempat bekerja. Melalui kegiatan  pemberian tersebut mereka ingin memberikan kesan menyenangkan sekaligus sebagai ungkapan terimakasih para OL kepada sarariman serta atasan mereka di perusahaan. (Ogasawaru, Yuko. Office Ladies and Salaried Men: Power, Gender and Work in Japanese Company. Hal 98).

1.2    Rumusan Permasalahan
Bagaimana nilai giri yang diwujudkan oleh pekerja Office Lady dalam perusahaan Jepang?

1.3          Ruang Lingkup
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin memfokuskan nilai giri yang ada saat  Valentine day di kalangan Office Lady.

1.4          Tujuan Penelitian
Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji nilai giri yang terungkap pada Valentine day yang dirayakan oleh Office Lady di perusahaan Jepang. 


1.5          Metodologi Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah menentukan tema, mencari data yang sesuai dengan tema tersebut, membuat pernyataan maksud penelitian, membuat latar belakang penelitian, merumuskan masalah, membatasi ruang lingkup, dan menentukan kepustakaan yang cocok. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan karena peneliti ingin mengkaji mengenai makna nilai giri dalam Valentine day di kalangan Office Lady, makna ini saya ambil dari buku Office Ladies and Salaried Men: Power, Gender and work in Japanese Company dan dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan Kualitatif adalah pendekatan yang menggunakan rata-rata, non pengukuran dan non-statistik. Sehingga, peneliti memilih buku tersebut karena pembahasan mengenai Valentine day di kalangan Office Lady itu ada terdapat nilai giri seperti pada saat Valentine day, para Office Lady memberikan hadiah berupa coklat kepada sarariman dengan tujuan untuk menjaga keselarasan di tempat bekerja.











Daftar Pustaka
Ogasawaru, Yuko. Office Ladies and Salaried Men: Power, Gender and Work in Japanese Company. University of California Press. 1998
Rupp, Katherine. Gift Giving in Japan: Cash, Connection, Cosmologies. Standford University Press. 2003
Roger J. Davies & Osamu Ikeno. The Japanese Mind: Understanding Contemporary Japanese Culture. Tuttle Publishing. 2002
Naylor, Larry L. American Culture: Myth and Reality of a Culture of Diversity. Greenwood Publishing Group. 1998
Marilyn Coleman, Lawrence H. Ganong, Kelly Warzinik. Family Life in 20th Century America. Universitas of California Press. 2007
Lebra, Takie Sugiyama. Japanese Culture and Behavior. University of Hawaii Press Honolulu. 1974
Mauss, Marcel. Pemberian: bentuk dan fungsi tukar-menukar di masyarakat kuno. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.1992
Tesis Konsep Giri dalam Okurimono. Universitas Binus. 2003
(http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=628&catid=18&subcatid=118)
(http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=624&catid=18&subcatid=118)
(http://azkaakza.wordpress.com/2010/05/26/hari-valentine-di-jepang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar