Oleh : Iin Diah Indrawati
1.1 Latar
Belakang
Hari Valentine adalah sebuah perayaan yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa
kasih sayang antara teman, kekasih maupun keluarga. Saat ini Valentine day tidak hanya dirayakan di
Amerika namun, hampir semua negara telah merayakannya. (Naylor, Larry L.1998.
Hal 112). Pada umumnya, Valentine day
dirayakan setiap tahun pada tanggal 14 Februari. Di Amerika, Valentine day dirayakan dengan cara
saling bertukar kartu. Kemudian, kartu tersebut diberikan kepada kekasih
ataupun keluarga sebagai ungkapan kasih sayang mereka. (Marilyn Coleman,
Lawrence H. Ganong, Kelly Warzinik.2007. Hal 122).
Sama halnya dengan
Amerika, Jepang pun juga merayakan Valentine
day. Berbeda dengan Amerika, di Jepang hanya para wanita saja yang
memberikan coklat kepada pria. Umumnya, coklat tersebut diberikan kepada rekan
kerja, dan teman-teman. Coklat yang diberikan kepada rekan kerja dan
teman-teman disebut dengan giri choco
yang berarti coklat kewajiban. Di Jepang, giri
choco hanya berupa coklat biasa yang harganya relatif murah.
Di Negara Barat
umumnya Valentine day dirayakan oleh
siapapun, baik wanita ataupun laki-laki dapat memberikan hadiah berupa coklat
kepada teman, keluarga, kekasih ataupun suami/istri sebagai ungkapan rasa kasih
sayang mereka. Akan tetapi, di Jepang hanya para wanita yang merayakan Valentine day dengan cara memberikan
coklat kepada rekan kerja atau sahabat laki-laki, kekasih ataupun suami. Bahkan,
ungkapannya pun berbeda bergantung kepada siapa wanita itu akan memberikan
coklat tersebut.( Rupp, Katherine.2003. Hal 150)
Perayaan Valentine day di Jepang sangat terlihat di dalam perusahaan, khususnya
bagi Office Lady. Kebanyakan Office Lady yang bekerja di perusahaan
Jepang, menganggap bahwa Valentine day
adalah sebuah perayaan besar untuk memberikan hadiah kepada rekan kerja
laki-laki mereka khususnya untuk atasan dan sarariman.
Bukan itu saja, mereka sangat mempersiapkan hadiah yang akan diberikan pada
saat Valentine day.
Di Jepang, seorang wanita yang bekerja
di perusahaan disebut ofisu redi atau
disingkat OL. Saat ini, sebagian besar OL yang bekerja di perusahaan berasal
dari lulusan Universitas atau Perguruan Tinggi. (Ogasawara, 12). Tugas utama
dari seorang OL adalah menjalankan mesin foto kopi, mampu membuat laporan
akutansi, serta mengoperasikan komputer. Selain itu, OL juga memiliki tanggung
jawab untuk menyajikan teh kepada para sarariman
dan atasan, membersihkan meja kerja sarariman
dan atasan, kemudian menerima telepon di perusahaan. Bahkan, tidak jarang
setiap akhir minggu para OL harus menemani sarariman
serta atasan mereka untuk bermain golf. Hal ini disebabkan karena, bagi
perusahaan pekerjaan OL tidak memiliki kontribusi yang begitu penting dalam di
dalam perusahaan. (Ogasawara, 73)
Berbeda dengan Office Lady, bagi
perusahaan di Jepang sarariman
mempunyai kontribusi yang sangat penting. Bahkan, sarariman merupakan tulang punggung ekonomi perusahaan yang mampu
bekerja selama lebih dari 16 jam dalam sehari. Dalam kegiatan pekerjaan
sehari-hari sarariman bertugas untuk
mengerjakan laporan mengenai perusahaan, mengikuti rapat bersama para atasan
dan kolega perusahaan. Bahkan, setelah selesai bekerja pun sarariman ini harus mengikuti atasan mereka untuk minum bersama di
bar, serta setiap akhir minggu mereka pun harus pergi bersama atasan dan kolega
perusahaan untuk bermain golf sambil membicarakan masalah dan kondisi
perusahaan.
(http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=628&catid=18&subcatid=118)
Namun, kegiatan itu semua harus didukung
oleh peran OL. Seperti saat sarariman
harus mengerjakan laporan perusahaan, OL harus membantu sarariman tersebut dalam pengetikan laporan. Kemudian, saat sarariman harus mengikuti rapat dengan
para atasan dan kolega perusahaan, OL harus bertugas untuk menyiapkan dan
menyajikan teh kepada mereka. Bahkan, usai bekerja dan di akhir minggu para OL
ini harus bersedia untuk menemani sarariman,
para atasan serta kolega perusahaan untuk pergi ke bar dan bermain golf. Oleh
karena itu meskipun kontribusi OL bagi perusahaan tidak begitu penting, namun
dalam pekerjaan sehari-hari OL tetap dibutuhkan oleh sarariman, serta para atasan di perusahaan.
(http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=624&catid=18&subcatid=118)
Disis lain, pada umumnya pekerja di
Jepang lebih didominasi oleh pria. Hal itu disebabkan karena perusahaan
menganggap bahwa pria dapat bekerja lebih lama dan mereka tidak memiliki
kewajiban untuk mengurus anak dan rumah tangga. Hal ini sangat berbeda dengan
wanita, di Jepang banyak perusahaan yang tidak dapat mempekerjakan wanita dalam
waktu yang relatif lama. Dengan alasan, bahwa tugas utama seorang wanita adalah
mengandung anak, merawat anak serta mengurus rumah tangga. Bukan itu saja, di
Jepang wanita dianggap tidak dapat melakukan kebiasaan kegiatan di kantor
sehari-hari seperti harus datang pagi hari ke kantor dan pulang larut malam.
(http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=628&catid=18&subcatid=118)
Hal ini sebenarnya sesuai dengan budaya
Jepang yaitu Uchi-Soto. Uchi berarti di dalam atau rumah.,
Sedangkan Soto berarti di luar. Di
Jepang budaya Uchi sering diidentikkan
dengan wanita yang harus merawat anak dan mengurus rumah tangga. Sebaliknya,
budaya Soto lebih dikaitkan dengan
pria yang harus bekerja diluar rumah. Akan tetapi, berkat kebutuhan sarariman akan peran OL dalam membantu
pekerjaan mereka. Maka, para wanita di Jepang dapat bekerja di perusahaan
sebagai Office Lady. Sehingga, dapat
dilihat bahwa bagi OL, sarariman
sangat berjasa karena telah mambuat para wanita di Jepang dapat bekerja di
perusahaan.
Pada saat Valentine day, para OL memberikan hadiah berupa coklat kepada sarariman dengan tujuan untuk menjaga
keselarasan di tempat bekerja. Melalui kegiatan pemberian tersebut mereka ingin memberikan
kesan menyenangkan sekaligus sebagai ungkapan terimakasih para OL kepada sarariman serta atasan mereka di
perusahaan. (Ogasawaru, Yuko. Office
Ladies and Salaried Men: Power, Gender and Work in Japanese Company. Hal
98).
1.2 Rumusan Permasalahan
Bagaimana nilai giri yang diwujudkan oleh pekerja Office Lady dalam perusahaan Jepang?
1.3
Ruang Lingkup
Berdasarkan
hal tersebut peneliti ingin memfokuskan nilai giri yang ada saat Valentine day di kalangan Office Lady.
1.4
Tujuan Penelitian
Penulisan
ini bertujuan untuk mengkaji nilai giri
yang terungkap pada Valentine day
yang dirayakan oleh Office Lady di
perusahaan Jepang.
1.5
Metodologi Penelitian
Langkah-langkah
yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah menentukan tema,
mencari data yang sesuai dengan tema tersebut, membuat pernyataan maksud
penelitian, membuat latar belakang penelitian, merumuskan masalah, membatasi
ruang lingkup, dan menentukan kepustakaan yang cocok. Penelitian ini
menggunakan metode kepustakaan karena peneliti ingin mengkaji mengenai makna nilai
giri dalam Valentine day di kalangan Office Lady, makna ini saya ambil dari
buku Office Ladies and Salaried Men: Power, Gender and work in Japanese Company
dan dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan Kualitatif adalah pendekatan yang
menggunakan rata-rata, non pengukuran dan non-statistik. Sehingga, peneliti
memilih buku tersebut karena pembahasan mengenai Valentine day di kalangan
Office Lady itu ada terdapat nilai giri seperti pada saat Valentine day, para Office Lady memberikan hadiah berupa coklat kepada
sarariman dengan tujuan untuk menjaga
keselarasan di tempat bekerja.
Daftar
Pustaka
Ogasawaru, Yuko. Office Ladies and
Salaried Men: Power, Gender and Work in Japanese Company. University of
California Press. 1998
Rupp, Katherine. Gift Giving in
Japan: Cash, Connection, Cosmologies. Standford University Press. 2003
Roger J. Davies & Osamu Ikeno.
The Japanese Mind: Understanding Contemporary Japanese Culture. Tuttle
Publishing. 2002
Naylor, Larry L. American
Culture: Myth and Reality of a Culture of Diversity. Greenwood Publishing
Group. 1998
Marilyn Coleman, Lawrence H. Ganong, Kelly Warzinik. Family Life in 20th Century
America. Universitas of California Press. 2007
Lebra, Takie Sugiyama. Japanese Culture and Behavior. University of Hawaii Press Honolulu.
1974
Mauss, Marcel. Pemberian: bentuk dan fungsi tukar-menukar di masyarakat
kuno. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.1992
Tesis Konsep Giri dalam Okurimono. Universitas Binus.
2003
(http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=628&catid=18&subcatid=118)
(http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=624&catid=18&subcatid=118)
(http://azkaakza.wordpress.com/2010/05/26/hari-valentine-di-jepang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar